Bijak Dengan Lidah

“Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17:28)



Bacaan hari ini: Amsal 17:1-28 | Bacaan setahun: Amsal 17

Beberapa waktu lalu, saya melihat sebuah gambar jenaka. Gambar ini dimulai dengan pertanyaan, “Jika saya berjanji memberi Anda uang sebanyak satu miliar rupiah asal Anda mau melompat dari pesawat tanpa parasut, kira-kira apakah Anda akan bersedia?” Saya kira kita semua akan dengan lantang berkata tidak. Nah, si pembuat gambar menyadari hal itu. Menariknya, dia melanjutkan, “Tapi bagaimana bila saya memberitahu Anda bahwa pesawat itu sebenarnya sedang ada di daratan?” Dia lantas menutup gambarnya dengan mengingatkan kita bahwa ada baiknya kita mengetahui sesuatu dengan baik sebelum kita membuka mulut kita.

Di dalam Kitab Amsal, kita akan menemukan ada pengontrasan antara orang berhikmat dan orang bodoh. Tentunya ada banyak hal membedakan mereka. Tetapi dalam bagian ini, penulis Amsal menegaskan bahwa salah satu pembeda penting keduanya adalah cara mereka menggunakan lidah dalam menyikapi masalah. Di ayat 27, orang bijak ditandai dengan satu ciri utama, yakni kemampuan mengendalikan lidahnya. Ini sangat diperlukan khususnya dalam keadaan yang provokatif dan mudah memicu amarah. Bila orang bodoh akan mudah tersulut dan lepas kendali, orang bijak akan menahan diri untuk berkata-kata, tidak mudah terprovokasi. Sedemikian penting pengendalian lidah, penulis Amsal menyatakan bahwa seandainya orang bodoh bisa menahan lidahnya dengan jalan lebih banyak diam, maka orang lain bisa berpikir bahwa orang bodoh itu adalah orang yang bijak!

Kita hidup di tengah zaman yang serba instan dan penuh tekanan. Salah satu dampaknya, kita dituntut menyikapi segala sesuatu dengan cepat. Sayangnya, hal ini membuat kita tidak memiliki waktu mencerna informasi dengan baik. Akibatnya, kita cenderung menjadi sangat reaktif. Di tengah keadaan demikian, hari ini penulis Amsal mengingatkan kita agar sedikit lebih melambat dan mengambil waktu untuk mencerna informasi dengan baik. Ada baiknya kita belajar menahan diri untuk terlalu cepat bereaksi dan berpikir dengan baik sebelum berkata-kata. Percayalah, Anda tidak akan menyesali sikap demikian.

STUDI PRIBADI: Apakah Anda masih bergumul dengan sikap reaktif? Bagaimanakah Anda berjuang mengatasi hal tersebut?

Pokok Doa: Doakan agar anak-anak Tuhan, dan khususnya para pemimpin gereja, memiliki sikap yang tepat dan bijaksana dalam menggunakan lidah mereka. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *