Hikmat Yang Membawa Nikmat

“Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.” (Amsal 19:2)



Bacaan hari ini: Amsal 19:1-29 | Bacaan setahun: Amsal 18-19

Kenikmatan tidak bisa dipungkiri menjadi bagian yang dikejar manusia dalam kehidupan ini. Bahkan demi kenikmatan, seseorang rela melakukan banyak hal yang tidak masuk akal bahkan perbuatan-perbuatan dosa yang mengerikan sekalipun. Namun pada akhirnya ia akan mendapati nikmat yang dikejarnya tanpa hikmat justru mendatangkan laknat baginya.

Penulis Amsal menyadari hal ini. Dengan hikmatnya ia melihat sendiri betapa sia-sia orang yang mengejar kenikmatan. Pada akhirnya, mereka akan mendapatkan laknat dari Allah. Kematian pasti menghampiri mereka, mengakhiri segala nikmat mereka. Berkaca dari hal ini, ia mengajak para pembaca merenungkan bahwa yang seharusnya dikejar bukanlah nikmat, melainkan hikmat. Seseorang yang berhikmat justru akan mendapatkan nikmat dari Allah. Pada ayat yang pertama, ia berkata “lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya (berhikmat) daripada seorang yang serong (NIV menggunakan kata fool yang berarti bodoh) bibirnya lagi bebal.” Pada ayat yang kedua kembali ia menegaskan “desire without knowledge is not good (NIV) yang kemudian diulang kembali maknanya pada ayat ketiga “a person’s own folly leads to their ruin (NIV) menunjukkan betapa pentingnya berhikmat mendahului nikmat. Justru ketika seseorang beroleh hikmat, ia akan menikmati nikmat yang sesungguhnya, nikmat yang sejati.

Lalu siapakah orang yang berhikmat? Penulis Amsal menunjukkannya di ayat 16 bahwa orang yang berhikmat adalah orang yang mengindahkan firman Allah; yang merenungkan taurat Tuhan siang dan malam, serta yang melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pertanyaannya untuk kita adalah: apakah kita telah berhikmat di dalam kehidupan kita? Adakah kita menyukai taurat Tuhan serta melakukan segala titah-Nya? Ataukah justru untuk mendapatkan nikmat itu kita menjauhkan diri dari hikmat? Atau bahkan demi nikmat, kita melakukan segala cara meski melanggar firman Tuhan? Mari kita melihat kembali diri kita masing-masing dan kembali mengejar hikmat yang membawa nikmat, bukan sebaliknya.

STUDI PRIBADI: Bagaimana kita dapat memperoleh hikmat hari demi hari untuk membawa kita kepada nikmat?

Pokok Doa: Berdoa agar anak-anak Tuhan mengejar hikmat yang daripada Tuhan, bukan meraih nikmat dan meniadakan hikmat. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *