Aku Haus

“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci –: Aku haus!” (Yohanes 19:28)



Pembahasan: Yohanes 19:28 | Ayat Bacaan: Yohanes 19:16b-28

Rasa haus, umumnya dianggap sebagai sinyal tubuh untuk mengingatkan bahwa kita kekurangan air. Saat cuaca panas atau setelah melakukan olahraga intens, perasaan haus menjadi hal yang wajar dan dapat diatasi dengan minum air. Namun, apakah kita pernah merenungkan rasa haus yang dirasakan oleh sosok yang memiliki peran besar dalam sejarah kehidupan manusia, Yesus Kristus?

Di puncak penderitaan-Nya di kayu salib, Yesus berseru, “Aku haus.” Seruan Yesus ini menyatakan penggenapan Mazmur 69:22, 22:16. Seruan ini, tanpa diragukan lagi, mencerminkan dahaga-Nya yang tidak hanya bersifat fisik, melainkan lebih mendalam secara rohani. Yesus haus akan kehendak Bapa-Nya, menunjukkan kerinduan-Nya untuk menyelesaikan misi penebusan dosa umat manusia melalui pengorbanan diri-Nya. Inilah titik dimana Ia rela menderita sampai pada puncaknya.

Ketika merenung pada seruan-Nya, kita menyadari bahwa rasa haus Yesus mencakup kehausan-Nya akan keselamatan jiwa-jiwa yang tersesat dan terjerumus dalam dosa. Kasih Kristus, begitu luar biasa dan tidak terbatas, termanifestasi melalui kemampuan-Nya menanggung dosa seluruh umat manusia. Seruan “haus” dari bibir-Nya menjadi puncak kedalaman penderitaan-Nya, dan itu semua didasari oleh dorongan kasih- Nya terhadap kita. Sejauh mana Ia sanggup mengalami haus yang luar biasa sebagai bentuk pengorbanan yang tak terbayangkan, menggambarkan betapa besar kasih-Nya kepada kita.

Merenungkan seruan ini mengajarkan kita pengorbanan Kristus, dan mengajak kita memberikan tanggapan tulus dengan menjalani hidup yang mencerminkan kasih dan ketaatan pada-Nya. Sebagai pengikut-Nya, mari kita hidup dengan penuh rasa syukur, memuliakan-Nya, dan menjadi saksi kasih yang tak terbatas kepada dunia yang haus akan kebenaran dan belas kasihan-Nya. Mari jadilah saksi-Nya dan jangan berpangku tangan saja. Kadang menjadi saksi-Nya menuntut kita berkorban, namun ingat bahwa Kristus telah berkorban bagi kita dan telah memberi teladan bagi kita.

STUDI PRIBADI: Sejauh mana seruan “Aku haus” dapat menjadi pijakan bagi pertumbuhan rohani dan pelayanan Anda?

Pokok Doa: Berdoalah agar kita dimampukan untuk dapat menjadi saksi kasih Tuhan yang tak terbatas di dunia yang haus akan kebenaran dan belas kasihan-Nya.

×

Mazmur 69 : 22

21 (69-22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.

×

Mazmur 22 : 16

15 (22-16) kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku.

×

Roma 8 : 18

18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

×

Markus 14 : 5

5 Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu.

×

Markus 14 : 6

6 Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *