Kasih Allah Dan Pemberontakan Israel

“Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali.” (Hosea 11:8b-9a)



Bacaan hari ini: Hosea 11:1-11 | Bacaan setahun: Hosea 10-11

“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.” Sebuah lagu yang menunjukkan besarnya kasih seorang ibu (orangtua) bagi anaknya. Bukankah kita sering mendengar kisah-kisah ini? Seorang ibu atau ayah bekerja banting tulang demi membesarkan anak-anaknya. Seorang ayah, sekalipun dilukai anaknya dengan kata-kata kasar dan perlakuan buruk, tetap mengasihi anaknya sedemikian rupa. Jika difilmkan, scene ini akan menjadi bagian menyentuh hati, membuat kita menitikkan air mata. Tetapi pernahkah kita tersentuh, menitikkan air mata mengingat kasih Allah?

Berulang kali sejak manusia jatuh dalam dosa, Allah menyatakan kasih dan pengampunan-Nya. Namun berulang kali pula manusia mempermainkan kasih dan pengampunan Allah. Kemarin kita merenungkan bagaimana Allah tegas mendisiplin untuk membawa anak-anak-Nya bertobat. Namun, dalam disiplin dan penghukuman-Nya, Allah tetap mengasihi umat-Nya. Hosea menggambarkan Allah sebagai ayah yang memanggil anak-Nya, Israel, untuk kembali pada-Nya. Sayangnya, anak yang dipanggil itu justru kian memberontak dan menjauh dari Sang Ayah (ay. 1-2). Kasih setia Allah tidak pernah berhenti. Di saat manusia terus jatuh, Allah setia mengajar, mengangkat dan memulihkan umat-Nya (ay. 3). Allah berulang kali menyatakan kasih dan anugerah-Nya, menuntun umat-Nya dengan kasih, dan bahkan membungkuk untuk memberi makan kepada umat-Nya (ay. 4). Dan, apa respons umat-Nya? Tetap menjauh dan memberontak terhadap- Nya. Tetapi, Allah tidak pernah menyerah, Allah tetap menyatakan kasih dan pengampunan-Nya agar umat-Nya mau berbalik kepada-Nya. Dengan kasih-Nya, Allah terus memberikan kesempatan seperti seorang ayah yang menantikan anaknya kembali kepada-Nya (bdk. Luk. 15:11-32).

Demikian pula Allah terhadap kita. Berulangkali kita meninggalkan Dia, berulangkali pula Allah menanti dan mengasihi kita. Berulangkali kita memberontak dan menyakiti-Nya, berulangkali pula Ia mengampuni dan memberi kesempatan kita kembali. Sampai kapan kita mau menyakiti dan memberontak Dia? Kembalilah kepada Allah yang setia mengasihi kita!

STUDI PRIBADI: Bagaimana respons Anda atas kasih setia Allah? Semakin menjauh atau sungguh kasih Allah menyentuh relung hati Anda dan Anda semakin dekat kepada-Nya?

Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan menolong kita untuk dapat sungguh-sungguh menghayati kasih setia Allah dalam kehidupan kita. Berdoalah agar Tuhan menolong kita untuk tidak mempermainkan kasih Allah.

×

Hosea 11 : 1-2

1 Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.

2 Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung.

×

Hosea 11 : 3

3 Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku, tetapi mereka tidak mau insaf, bahwa Aku menyembuhkan mereka.

×

Hosea 11 : 4

4 Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan.

×

Lukas 15 : 11-32

Perumpamaan tentang anak yang hilang

11 Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.

12 Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.

13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.

14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.

15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.

16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.

17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.

18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,

19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.

20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.

23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.

24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.

26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.

27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.

28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.

29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.

30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.

31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.

32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *