Nyanyian Pengharapan

“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” (Mazmur 22:2)



Bacaan hari ini: Mazmur 22:1-32 | Bacaan setahun: Mazmur 22

Mengapa Allah meninggalkan saya? Tentu ini bukan sekadar sebuah keluh-kesah atau perasaan pemazmur semata. Melainkan sebuah pergumulan iman di tengah realita hidupnya yang tidak mudah dan berbahaya. Pemazmur sedang dikepung oleh para musuhnya dan sedang dipermalukan sejadi-jadinya. Di tengah situasi seperti itu, pemazmur tidak putus-putusnya berserah kepada Tuhan dengan siang malam berseru dalam doa, namun Allah terasa jauh dan tidak segera menjawabnya serta menolongnya. Tidak heran karena hal ini, beberapa orang menghakiminya sebagai orang berdosa yang tidak lagi dipedulikan oleh Tuhan. Di tengah pergumulan seperti itu, bahkan merasa Allah begitu jauh dan meninggalkan dia, pemazmur tidak kehilangan pengharapan kepada Tuhan. Pemazmur mengingat akan karya Allah di masa lalu kepada nenek moyang Israel yang mendatangkan kelepasan kepada mereka. Pemazmur juga memahami bahwa hidupnya bukanlah tanpa makna walau saat itu ia berada di dalam penderitaan, karena Tuhanlah yang menjaga dia sejak dalam kandungan ibunya, ketika dilahirkan, dan bertumbuh.

Pada akhirnya, Tuhan telah menjawabnya, kata pemazmur (ay. 22). Sehingga dia menyatakan bahwa Allah “tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya” (ay. 25). Hal ini menjadi pengharapan bagi kita yang menjalani penderitaan, bahwa Allah tidak sedang bersembunyi atau jauh dari kita, Ia mendengar seru doa umat-Nya. Kita juga ingat bahwa Tuhan Yesus di kayu salib menggenapkan Mazmur 22 ini. Dia berseru: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Di atas kayu salib itu, Tuhan Yesus menanggung kutuk dosa dan ditinggalkan Allah. Akan tetapi Dia menang atasnya dan memberi pengharapan kepada kita yang hidup di tengah dunia berdosa ini dengan segala dampaknya. Sebuah pengharapan bahwa kita takkan ditinggalkan Allah dalam segala kondisi, bahkan kita memiliki jaminan kemenangan karena Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit. Amin.

STUDI PRIBADI: Apa yang kita lakukan ketika merasakan Allah seakan jauh dari kita?

Pokok Doa: Berdoa untuk jemaat Tuhan yang sedang dalam kesulitan hidup, bahkan merasa Allah begitu jauh dan tidak menjawab seru doa mereka. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *