Siapakah Manusia ?

“Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:5)



Bacaan hari ini: Mazmur 8:1-10 | Bacaan tahunan: Mazmur 7-8

Ada tiga hal penting yang disampaikan pemazmur dalam mazmur ini. Pertama, ia jelas mengingatkan kita bahwa alam ini adalah hasil karya Allah. Alam ini tidak mungkin terbentuk karena ledakan besar tak beraturan ataupun evolusi yang bersifat acak. Nyatanya, keteraturan alam ini mengisyaratkan bahwa ada desainer cerdas di balik terciptanya keindahannya. Pemazmur menulis bahwa Allahlah yang telah membentuk langit dengan jari-Nya dan menempatkan bulan dan bintang (ay. 4). Ini juga berlaku dengan manusia: Allah yang menciptakan manusia.

Kedua, pemazmur berbicara tentang status manusia yang mulia. Di antara berbagai ciptaan, manusia memiliki tempat yang lebih mulia. Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, dijadikan sebagai penguasa atas segala ciptaan yang lain, baik itu kambing domba dan binatang di padang, maupun atas burung-burung di udara dan ikan di laut. Dengan kata lain, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa manusia adalah mahkota ciptaan. Allah memiliki perhatian yang besar pada manusia.

Ketiga, kemuliaan manusia bersifat derivatif, maksudnya bergantung pada sesuatu yang lain. Kemuliaan manusia bukan sesuatu yang bersifat inheren atau melekat secara alami pada diri manusia. Nilai manusia berasal dari luar dirinya. Allahlah yang menjadikan manusia bernilai. Allahlah yang membuat manusia hampir sama seperti Allah; Allahlah yang memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat; bahkan Allah jugalah yang menjadikan manusia sebagai kepala atas segala ciptaan.

Kebenaran ini penting, khususnya dalam zaman yang mengagung-agungkan kehebatan manusia seperti sekarang ini. Zaman membuat kita berpikir bahwa kita ini penting, sehingga diam-diam kita dibuat menjadi arogan. Zaman juga terus mendorong kita merasa diri cukup hebat dan tidak lagi memerlukan Allah. Di tengah terjangan pemikiran demikian, kita perlu ingat bahwa Allahlah yang membuat kita bernilai. Di luar Allah, kita pada dasarnya bukanlah apa-apa. Bila demikian, bukankah kita perlu terus belajar lebih rendah hati?

STUDI PRIBADI: Apakah Anda juga melihat bahwa dunia tengah mendorong kita menjadi angkuh dan tidak merasa membutuhkan Allah? Bagaimana renungan ini menolong Anda?

Pokok Doa: Doakan agar jemaat Tuhan terus hidup dalam kerendahan hati di hadapan Allah, menyadari bahwa di luar Allah, setiap kita bukanlah apa-apa. 

Sharing Is Caring :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *